Di era digital yang sedang berkembang sangat pesat ini, negara kita sedang membutuhkan banyak sekali energi-energi muda untuk berkarya di industri digital. Salah satu yang sedang dibutuhkan adalah design & system analyst untuk produk-produk digital. Kawan muda tahu tidak kalau ternyata ada lho perempuan asli Wonosobo yang menekuni bidang ini sekarang. Ialah Khafidlotun Muslikhah, atau akrab disapa Apid, yang juga Managing Partners di Wonosobo Muda. Apid yang merupakan SD Negeri 3 Kertek, SMP Negeri 1 Kertek, dan SMA Negeri 1 Wonosobo ini sudah malang melintang di industri digital ini selama beberapa tahun terakhir. Ia pernah menjadi Junior System Analyst di Pusat Ilmu Komputer Universitas Indonesia, System Analyst di Suitmedia Digital Agency, Asisten Dosen Sistem Interaksi di Fasilkom UI, dan kini menjadi Web Design Freelancer. Intip bareng-bareng yuk cerita Apid di bidang teknologi ini.

 

 

Menekuni Analisis dan Desain Website

Selama hampir 3 tahun Apid bekerja di agensi digital, pekerjaannya adalah analisis dan desain website sebelum dimasukkan ke tahap pengembangan (coding), atau fokus mengerjakan proses hulu dari suatu aplikasi website. Apid merasa bahwa bekerja di bidang komputer tidak melulu tentang pemrograman. Di sana, ia menjadi ‘penghubung’ antara desainer dan pemrogram. Ia membantu proses desain dengan menganalisis proses bisnis dan kebutuhan website beberapa klien, kemudian menuangkan hasil analisis ke dalam prototype desain (atau biasa disebut wireframe) yang akan dijadikan acuan untuk desainer dalam membuat tampilan yang lebih bernilai secara estetik. Prototype yang dibuat meliputi bagaimana susunan menu, gambaran navigasi, alur aplikasi, data/informasi apa yang ditampilkan di halaman website, agar semua itu mudah dipahami.

Apid juga membantu mengecek desain akhir, apakah alurnya benar, dan memungkinkan untuk dikembangkan dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Kadang, ia juga harus membantu pemrogram untuk memahami konsep aplikasinya untuk keperluan desain basis data. Dalam pekerjaan ini, Apid menemukan banyak hal tentang irisan kedua dunia itu (desain dan pemrograman). Saat itulah ia mulai jatuh cinta dengan proses kreatif dibalik desain, terutama website. 

Nah, dari pengalaman itu, Apid memutuskan untuk fokus di bidang desain dan teknologi. Ia kemudian memutuskan untuk resign dari pekerjaan tersebut, lalu fokus mencari pekerjaan freelance yang berfokus pada desain dan menjadi asisten dosen di kampus ia belajar sebelumnya, Universitas Indonesia. Proyek freelance itu juga yang membuat Apid lebih fokus mendalami satu bidang, dan mata kuliah yang ia tangani juga ternyata sejalan dengan apa yang ia kerjakan di dunia freelance.

Perjalanan Bermula dari Fasilkom Universitas Indonesia

Banyak sekali hal yang membuat Apid terkejut ketika berhasil masuk Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Di sana ia menjumpai banyak anak berprestasi yang juga punya talenta, tetapi juga rendah hati. Awalnya hal tersebut membuatnya sangat minder dan tidak percaya diri, tapi justru dari teman-temannyalah Apid belajar banyak hal, yang tidak hanya berguna selama kuliah, tapi juga seumur hidup. 

Saat semester satu, Apid cukup kesulitan mempelajari dasar-dasar pemrograman karena tidak familiar dan tidak diajarkan di sekolah. Ia bahkan sempat merasa tidak berbakat di dunia tersebut. Beruntungnya, banyak teman-teman yang rela meluangkan waktu untuk membantu mahasiswa yang masih pertama kali belajar pemrograman. Di sana ia menemukan lingkungan yang sangat suportif untuk belajar. Budaya saling peduli dengan teman seangkatan sangat kuat dan ditanamkan tidak hanya oleh senior, tetapi juga oleh dosen.

Namun, bergantung terlalu sering ke teman-teman yang pintar juga tidak bagus. Akhirnya di semester dua, tepatnya ketika mengambil mata kuliah Struktur Data dan Algoritma, Apid mencoba mengerjakan sendiri tugas mingguan yang tinggal tersisa sedikit dan mengerjakan tugas akhir tanpa banyak bantuan dari teman. Dengan meluangkan waktu yang banyak untuk belajar sampai benar-benar paham, mempelajari kesalahan yang biasa ia lakukan.

Berkat pengalaman tersebut, Apid menyadari beberapa hal:
1. Bakat itu bisa diasah, caranya dengan meluangkan banyak waktu untuk latihan serta penting untuk memahami setiap kesalahan yang dilakukan, kenapa bisa salah, yang benar harusnya bagaimana, dan sebagainya.
2. Kecepatan belajar setiap orang berbeda-beda. Mungkin ada yang bilang kurang berbakat karena kecepatan belajarnya lambat. Menurut Apid, salah satu penyebab kecepatan yang berbeda dalam menguasai pemrograman adalah kebiasaan berpikir logis yang tidak dibangun sejak dini. Ada teman yang dengan mudah bisa paham pemrograman karena dia terbiasa mengerjakan dan memahami soal yang rumit (entah sudah belajar pemrograman, jago di bidang matematika, pernah ikut pelatihan dan atau menang olimpiade, dan sebagainya).

Hal-hal yang Apid alami tersebut ternyata sangat berguna baginya ketika bekerja. Ia yakin, tidak ada hal yang instan, semuanya butuh proses. Dan tinggal bagaimana kita menikmati semua proses itu. Bekerja juga tidak semuanya lancar, selalu saja ada kesulitan yang muncul, entah kesulitan teknis maupun soft skill.

Pada akhirnya, dari kesulitan itulah Apid jadi belajar banyak hal. Dengan menjalani 4 tahun kuliah di bidang ini, ia menyimpulkan bahwa kesulitan sesungguhnya bukanlah pada hal-hal di atas, tapi karena ia sendirilah yang sering menetapkan batas untuk dirinya sendiri. Menetapkan batas yang ia maksud adalah berasumsi tidak bisa mengerjakan hal yang tadinya tidak ia kuasai. Padahal setelah dibantu teman-teman dan berusaha untuk memahami semua ilmu itu, ia juga bisa mengerjakan dan memahami seperti teman-temannya yang lain. 

Di kampusnya, Apid tidak menemui ada perbedaan perlakuan atau stereotipe mengenai laki-laki dan perempuan, semuanya dihargai sebagai manusia yang sedang belajar. Sebagai informasi, perbandingan perempuan dan laki-laki di fakultas tempatnya belajar pada saat itu kira-kira 1:3 jika dilihat dari jumlahnya. 

Tantangan dan Keterwakilan Perempuan

Apid mengaku keterwakilan perempuan di bidang ini sebenarnya sudah mulai banyak. Mungkin dulu memang banyak laki-lakinya, tetapi sekarang sudah mulai seimbang seiring dengan terus berkembangnya ilmu komputer dan aplikasinya di dunia nyata. banyak juga gerakan-gerakan yang bertema Women and Tech untuk mendukung wanita berkiprah di bidang ini. Stereotype gender juga sudah hampir tidak ada. Banyak wanita yang juga pandai dalam logika dan pemrograman. Sulit tidaknya tergantung dari pribadi dan cara belajar masing-masing orang, dan tidak terkait dengan perbedaan gender.
Potensi perempuan menurut Apid, sama saja dengan laki-laki, tidak ada bedanya, yang membedakan ya kerja dari setiap individu. Ia merasa ini juga berlaku dalam bidang kerja apapun. Justru Apid menemukan bahwa perempuan yang bekerja di bidang ini malah diberi kesempatan untuk menjadi ibu di rumah sekaligus bisa bekerja. Ia bercerita ada temannya yang seorang programmer, tetap diberi kesempatan untuk bekerja secara full remote di rumah. Ya, bekerja di rumah tetapi gajinya seperti bekerja di kantor, dengan begitu dia tetap bisa mengawasi tumbuh kembang anak.

Apid juga menambahkan bahwa ilmu komputer dan turunan-turunannya semakin berkembang di era ini. Dibutuhkan banyak sekali orang baik yang ingin berkontribusi di bidang teknologi informasi, yang kelak ia yakin, akan mulai masuk dan mengambil peran dalam hidup kita. Teknologi memang bukan segala-galanya, hanya alat yang akan membantu umat manusia untuk hidup lebih baik. Teknologi bisa menjadi penunjang berbagai bidang yang tidak terpikirkan, seperti pertanian dan peternakan, dan ke depannya akan memicu lahirnya inovasi untuk meningkatkan kinerja bidang-bidang lain.

Pelajaran dan Pesan untuk Kawan Muda

Untuk kawan-kawan di Wonosobo, terutama bagi kaum perempuan untuk mengambil studi atau karier di bidang Science, Technology, Engineering, & Math (STEM), Apid berpesan:

Dalam bidang apapun tidak hanya STEM, gender bukan menjadi suatu hambatan. Semua manusia berhak untuk berusaha di bidang apapun. Mungkin ada kegagalan (entah tidak lulus mata kuliah, susah mencari kerja dan sebagainya), tapi saya percaya kita semua mampu dan bisa belajar dari kegagalan itu. Jadilah elemen yang suportif untuk diri sendiri, dan  untuk teman-teman di sekitar yang juga sedang berjuang di ranah masing-masing, apapun itu.

Bagaimana Kawan muda, tertarik untuk mengikut jejak Kak Apid? Kawan muda bisa berkorespondensi secara langsung dengan Kak Apid melalui platform twitter: @apidm. Jika tertarik ingin membaca cerita lain, Apid juga berbagi cerita tentang kuliah, belajar, desain, dan perjalanan karirnya di Quora Indonesia.

Semoga cerita ini menginspirasi ya!

 

Advertisements
google.com, pub-3699623534636543, DIRECT, f08c47fec0942fa0